Jumat, 30 November 2007

Kekasih Sejati















MONITA IDOL
---------------------
cipt. Yovie widianto


Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau mebuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu

Mencoba lupakan
Tapi ku tak bisa
Mengapa begini

Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada di sini menemaniku
Oh mungkinkah kau yang jadi
Kekasih sejatiku
Semoga tak sekedar harapku

Bila kau menjadi milikku
Aku takkan menyesal telah jatuh hati

Rabu, 28 November 2007

Jalan masih panjang




Januari/2007/by me


Tak terasa, aku telah berjalan begitu jauh.

Terik mentari terasa begitu menyengat,

Membuat kulitku perih

Perih sampai ke dalam jiwa.



Ingin rasanya aku menepi

Untuk berteduh dan bersandar

sekedar menikmati semilirnya angin



Ingin rasanya ku sambut

Fatamorgana yang terpampang

Yang menawarkan setetes air

Untuk sekedar memberi kesejukan.



Apadaya aku harus tetap berjalan

Walau akupun tak tahu

Sampai kapan aku dapat berjalan

Sampai kapan dapat ku tahan

Perihnya sengatan mentari

Lelahnya seluruh tubuh ini

Dan dahaga yang sudah begitu

Mencekat di kerongkonganku



Hanya doa dan ampunan

Yang dapat aku panjatkan pada Nya

Agar aku dapat melampaui

Jalan yang (mungkin) masih sangat panjang ini.





----------------

Januari 2007

Ber-TTM-an secara aman dan nyaman







by Koko Nata
(terima kasih mas koko, udah ngijinin dipublish disini)

Hari gini tidak punya TTM (teman tapi mesra)? Kuno sekali!

Begitu anggapan segelintir orang. Menurut mereka, di era globalisasi, saat dunia tak bersekat lagi, tak ada salahnya punya TTM. Siapa saja bisa dijadikan TTM. Bisa teman kantor, sahabat lama, tetangga, pokoknya siapun yang sreg, dia bisa jadi TTM.

Mengapa? Untuk si lajang, konon TTM adalah cara untuk meretas jalan menuju pelaminan. BerTTM memungkinkan si lajang mendapatkan jodoh yang pas untuk dirinya. Ketika memutuskan untuk menikah, dia tidak beli kucing dalam karung. Jodohnya sudah teruji bebet, bibit, bobot, babat dan bubutnya karena berTTM. Sedangkan bagi mereka yang sudah punya pasangan, TTM katanya dapat menggantikan peran pasangan dikala ia tak bisa mendampingi. Menemani belanja, melakukan hobi yang tak disukai pasangan, dan lain sebagainya. Segelintir orang itu menyebutkan, banyak sekali manfaat dari ber-TTM. Kalau diuraikan bisa sangat panjang dan bisa jadi satu buku! Hmm...

TTM atau apapun namanya, sebenarnya boleh-boleh saja. Sebagai muslim, harus malah. Seperti yang diriwayatkan dari Abu Hamzah Anas bin Malik r.a, Rasulullah SAW bersabda “Tiada beriman sesaorang diantara kamu, sebelum ia mencintai saudaranya sama seperti ia mencintai dirinya sendiri.“ Bukankan ’mesra’ adalah salah satu cara kita mencintai saudara?

Akan tetapi supaya kita bisa berTTM dengan aman dan nyaman dan tidak menimbulkan perselisihan –mengingat banyak pasangan bubar gara-gara TTM- perlu diingat rambu-rambu dalam berTTM



1. No Khalwat (Tidak Berduaan)

Jangan pernah berduaan saja dengan TTM. Hal ini bisa menimbulkan fitnah, terutama dari orang-orang yang tidak menyukai Anda. Biarpun cuma lunch, dinner, semobil, itu sudah cukup untuk menimbulkan fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan. Contohnya begini, suatu sore Anda dan seorang TTM sulit mendapatkan taksi untuk menghadiri jamuan makan malam dengan relasi bisnis. Demi efisiensi dan efektifitas waktu, Anda naik taksi bersama TTM, duduk berdua di belakang sopir. Kebetulan di traffict light mobil tetangga juga ada di sana. Dia melihat Anda dan si TTM. Keesokan hari, bukan tak mungkin akan muncul desas-desus seperti ini:

”Gile, gue lihat si A dan si B hot banget dalam taksi.“ Maksud hot di sini karena AC taksi mati. Tapi, si pendengar mengartikannya dengan makna lain)

Maka keesokan hari gosip yang beredar berkembang menjadi:

”Si A sama si B nekat benget! Masak gitu-gituan dalam taksi.“ Ini versi satu, versi duanya, “Tahu, nggak loe, kemarin si C melihat A dan B malam-malam masuk mobil, trus…” semakin banyak orang yang mengomentari dan menambahi, informasi menjadi semakin bias. Anda tidak mau hal ini terjadi, kan?



2. No Ikhtilat (Tidak bercampur baur bebas)

Bersama TTM, Anda bebas melakukan apa saja. Mau ngobrol kek, mau nonton, mau jalan bareng, terserah. Tapi tetap ada batasnya. Dalam arti kebebasan tersebut adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Maka dari itu sebaiknya ajaklah banyak TTM, jangan Cuma satu TTM. Bukankah rame-rame itu lebih asyik? Dan utamakanlah TTM yang sejenis untuk memperkecil resiko fitnah.



3. No CCM (Tidak cek cek mek/raba-raba/grepe-grepe)

Tidak setiap orang mau diperlakukan seperti memilih buah mangga di pasar: dipegang-pegang, dicium, diremas-remas, baru kemudian bawa pulang. Begitu juga saat kita bergaul dengan TTM. Main sentuh dan raba-raba seenaknya malah bisa membuat hubungan Anda dan TTM tidak mesra lagi.

Bagaimana jika si TTMnya mengijikan. Hmm… berarti harga diri si TTM perlu diragukan. Jika setiap orang yang diinginkannya boleh pegang-pegang, bukankah kualitas dirinya sama dengan mangga di pasar tadi. Semakin sering dipegang, semakin sulit laku, dan akhirnya membusuk. Hanya tepat sampah yang mau menampung benda-benda busuk.



4. No Negative Comitment (Tidak Mengikat Janji)

Komitmen antara kedua pihak adalah kesepakatan untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh lagi. Kalau komitmennya berupa akad di depan penghulu, bolehlah. Sesudah akad melakukan apa saja, halal. Namun jika komitmen hanya disaksikan pohon jengkol, batangan lilin, desau angin, siapa yang bisa bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sejak awal kita berTTM, dengan landasan setiap muslim itu bersaudara dan kita wajib mencintainya. Kalau sudah ada komitmen yang tidak-tidak dengan TTM lawan jenis, alamat hubungan dengan TTM segera berakhir. Kemesraan yang terjalin, murka Allahlah yang akan menimpa setelahnya.



Apabila 4 syarat ini dipegang, kita bisa berTTM dengan siapapun dengan aman dan nyaman. Tak akan ada perceraian atau perselingkuhan. Buka dosa yang diraih, namun pahalalah yang akan kita terima. Makin banyak TTM makin asyik, dan menjadi sarana kita untuk semakin banyak menyebarkan kebaikan pada sesama. Semoga!



Diolah dari data dan fakta Tausyiah Ustad Cinta
Cinta Manajemen : 08129619741, 02168482227
Cinta_manajemenatyahoo.com


sumber http://kokonata.multiply.com

(Parenting) Kebiasaan menakuti anak





By Kirdi Putra
(terima kasih buat Pak Kirdi yg telah mengijinkan artikel ini dipublish disini)



Ayo Bobok, kalau nggak bobok nanti digigit orang gila

Kebiasaan menakuti anak dengan orang gila, tikus, pocong, dll


Aduh, menakutkan sekali (ketika saya berumur sekitar 9 tahun, saya pernah mengalami satu kejadian tidak mengenakkan dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan)! Itu juga pasti yang dialami oleh sebagian besar anak kecil lainnya. Memang terlihat efektif, ketika kita ingin anak kita atau seorang anak kecil melakukan sesuatu yang kita perintahkan. Berikan saja kata-kata seperti judul diatas, dan ketakutan yang ditimbulkannya akan membuat (semoga) anak tersebut menuruti perintah kita. Toh dengan semakin dewasa, ia akan mengerti bahwa orang gila bukanlah sebuah makhluk yang suka memakan orang lain, atau tikus sebenarnya takut pada manusia, atau kemungkinan seseorang yang pernah (mungkin) melihat pocong (menurut statistik sederhana) adalah 50.000 : 1. Yah, toh anak itu akan mengetahui fakta itu semua kan?

SALAH!! Ketika kita sebagai orang tua yang (notabene) mengetahui fakta tersebut, menggunakan beberapa hal yang menakutkan untuk memberikan tekanan pada seorang anak untuk menurut, itu merupakan hal yang (menurut saya) cukup mengerikan. Bukan ancamannya yang mengerikan, tetapi akibat yang ditimbulkannya dikemudian hari. Tahukah bahwa seorang anak itu tak ubahnya seperti spons, yang akan menyerap apapun yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya? Seorang akan akan memasukkan informasi yang diterima dari sekelilingnya (terutama dari orang tuanya) ke dalam pikirannya, pikiran bawah sadarnya. Sekali kata-kata itu masuk, sekali informasi ini masuk, semua itu akan menjadi bagian dari sistem nilai anak tersebut (value), yang besar kemungkinannya menjadi bagian dari kepercayaannya (belief system). Karena telah menjadi nilai, dan akan dijalankan secara refleks, maka apapun hal yang berhubungan mampu mengaktifkan rasa takut di dalam dirinya.

Coba bayangkan dan rasakan, kalau kita berada di posisi anak tersebut. Si anak tidak memiliki data di dalam pikirannya bahwa apa yang menjadi momok/ketakutannya bukanlah sesuatu yang nyata. Bahkan, pikirannya semakin menjadikan ketakutan tersebut menjadi nyata, dari hari ke hari (sebagai informasi, tahukah anda bahwa pikiran tidak membedakan antara kenyataan dengan imajinasi? Pernahkan anda membayangkan makanan kesukaan anda di hadapan anda, dan tiba-tiba tanpa disadari, air liur anda mulai bertambah, perut anda bereaksi, dan timbul kebutuhan di pikiran anda?).

Ketakutan ini, yang bila terus diperkuat dari hari ke hari (dengan terus disebutkan pada sang anak), akan menjadi nilai yang semakin kuat. Inilah yang mengakibatkan munculnya berbagai macam phobia pada sang anak, atau bahkan phobia yang masih terbawa sampai sang anak beranjak dewasa (walaupun sebagai orang dewasa, mungkin ia tahu bahwa ketakutannya terasa konyol, tetapi coba kita lihat bersama, seorang perokok pasti tahu bukan bahwa rokoknya membahayakan kesehatan diri dan orang lain, tetapi apa yang dikatakan oleh sebagian besar perokok ketika mereka ingin berhenti merokok? Mudahkah bagi mereka?).

Masih mau menakut-nakuti anak kita?


Kirdi Putra, CHI, CHt.
Hypnotherapy Coach
Hypnosis Training Institute of Indonesia (HTII)
Phone. +62 21 739 7916
kirdi18@yahoo.com.sg
For things to change, I have to change